Sabtu, 19 Desember 2009

Jika kita berbicara tentang Kaco' Puang Mara'dia Malolo tak boleh tidak pasti kita mengingat Haji Jamilah isteri beliau. Dan secara otomatis mengingat La'langi Parimuku. Dialah yang mula-mula mengobarkan perlawanan terhadap Belanda di Kerajaan Mamuju. Beliau adalah seorang putera dari bangsawan pemberani bernama SAMANI TO JAGUANG.


La'langi Parimuku tidak lama mengadakan perlawanan karena lekas tertangkap. Keberanian La'langi Parimuku disamping diperlihatkan di medan perang juga masih dipertunjukkan di dalam tahanan. Sejarahnya sebagai berikut : Setelah La'langi Parimuku tertangkap di suatu pertempuran di Daerah Mamuju Kayu Mangiwang, beliau dibawa ke Kota untuk ditawan. Di suatu tempat penahanan berkali-kali serdadu Belanda memaksa agar mengakui pemerintahannya, La'langi Parimuku hanya bersifat diam, apalagi untuk mengucapkan kata menyerah. Sekali lagi Belanda memasuki sel tahanan dengan maksud yang sama sekali lagi La'langi Parimuku tidak menjawab. Kecuali La'langi Parimuku minta kepada serdadu Belanda itu untuk mengambilkan tempat berludah yang dalam bahasa Mandar disebut ti'uduang yang terbuat dari tembaga (kuningan) seberat kira-kira 2 Kg. Begitu diterima dan selesai berludah dilemparkannya ti'uduang itu ke muka Belanda sampai menemui ajalnya. Atas kejadian ini Belanda yang lain segera mencabut pistolnya langsung menembakkan mengenai kepala La'langi Parimuku, dan gugurlah dia sebagai KESUMA BANGSA.

Dalam perjuangan, La'langi Parimuku mempunyai kawan seperjuangan bernama Pattolo' Pattana Sompa. Menurut keterangan nenek penulis (ANDI SYAIFUL SINRANG) Muhammad Puang Kali Parasiden yang wafat di Ujung Pandang (sekarang Makassar) tahun 1957 dalam usia 100 tahun, masih sempat berbicara dan berjabat tangan dengan pahlawan ini.

Orangnya sangat gagah, berani dan ganteng. Rambutnya panjang bagaikan wanita masa dulu, hitam dan keriting, hidung mancung, kulitnya kuning langsat. Perawakan tubuhnya tinggi besar tapi tidak gemuk. Nenek penulis (ANDI SYAIFUL SINRANG) tersebut mengambil contoh persis sama dengan ANDI TENRIAJI cucu LA'LANGI PARIMUKU. Demikian keterangan nenek penulis (ANDI SYAIFUL SINRANG) tersebut.

Keguguran dan kuburan Pattolo' Pattana Sompa tidak diketahui saat dan tempatnya. Dikalangan masyarakat Mamuju pada masa itu ada dua pendapat yaitu :
  1. Luka dalam suatu pertempuran dan mundur masuk di hutan. Jalan pemunduraanya ada di antara pasukannya yang melihat tetapi tidak melihat mayat apalagi kuburannya.
  2. Beliau ditangkap hidup-hidup oleh Belanda dan langsung dibawa ke Pulau Jawa atau ke Nederland.
Nenek penulis (ANDI SYAIFUL SINRANG) yang menjadi sumber utama cerita ini, sempat sekali dua mengikuti pertempurannya.

(Sumber : Buku MENGENAL MANDAR SEKILAS LINTAS, Oleh ANDI SYAIFUL SINRANG, Penerbit Group "Tipalayo" Polemaju Mandar, tahun 1980, halaman 46 s/d 47)

2 komentar:

Arman Husain mengatakan...

Sejarah Harus Dilestarikan Karena Sejarah Adalah Cermin Kepribadia Suatu Bangsa

Anonim mengatakan...

tak terasa sudah om andi syaiful sinrang telah pergi menghadap ALLAH SWT......selamat jalan ATTA guru Namamu akan tetap kami kenang.
posting : A.HABIB SAMSIRIWALI

Posting Komentar